CARA PERBANYAKAN KAKAO DI GUNUNG KIDUL |
![]() |
![]() |
![]() |
Info Teknologi | |||
Oleh Administrator | |||
Kamis, 21 November 2013 09:50 | |||
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting dalam perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Salah satu daerah yang sedang mengembangkan kakao adalah Kabupaten Gunung Kidul. Luas areal tanaman kakao di Gunung Kidul mencapai 1.116,7 ha dengan produksi rata-rata 0,75 ton/ha dengan melibatkan 8.752 kepala keluarga (KK) tani.
Sumber benih kakao di Kabupaten Gunung Kidul salah satunya terdapat di Dusun Plumbungan, Desa Putat Kecamatan Patuk. Lokasinya mudah dicari karena di desa itu juga terdapat pembuatan kerajinan topeng yang terkenal. Pembibitan kakao dikoordinir oleh Kelompok Tani Ngudi Subur yang diketuai Slamet Raharjo. Selain pembibitan kakao di lokasi tersebut juga terdapat sarana untuk pelatihan perbanyakan bahan tanam sampai ke pengolahan hasilnya. Daerah yang sedang mengembangkan kakao dalam skala besar seperti Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara pernah mengirim petaninya untuk belajar tentang perbanyakan dan pengolahan kakao.
Perbanyakan Bahan Tanam
Keberhasil sambung sambung dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) batang bawah dan atas (entres) harus sehat, (2) entres sedapat mungkin terhindar dari dehidrasi dan (3) tenaga sambung yang terampil. Batang bawah yang sehat ditandai dengan mudahnya kulit batang dikelupas dan warna kambiumnya putih bersih. Entres berasal dari klon yang produksinya tinggi dan stabil serta tahan terhadap hama dan penyakit utama kakao. Entres diambil dari ujung cabang plagiotrop yang sedang dorman dengan warna hijau kecoklatan dan sudah berkayu.
Entres yang sudah dipotong idealnya harus segera disambung pada hari yang sama, namun apabila lokasinya jauh maka harus dikemas terlebih dahulu agar tetap segar saat disambung. Pengemasan dapat dilakukan secara sederhana menggunakan kulit batang pisang namun ada juga yang dibalut dengan serbuk gergaji, dilapis kertas Koran dan plastic lalu digulung dan dimasukkan ke dalam dos.
Pada perlakuan yang kedua tingkat ketahanannya akan lebih lama. Tenaga penyambung harus sudah terampil sehingga tingkat keberhasilannya bias tinggi. Pelaksanaan sambung samping agak rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Awalnya pada batang bawah dengan ketinggian kurang lebih 50-70 cm dari permukaan tanah ditoreh menggunakan pisau okulasi secara vertikal sejajar kulit batang kakao.
Berdasarkan pengalaman di lapang apabila agak tinggi maka entres cepat berkembang dengan baik namun untuk menjadi buah lama, sebaliknya kalau terlalu rendah, entres lama pertumbuhannya tetapi cepat berbuah. Dengan fenomena tersebut maka petani cenderung memilih di bagian tengah. Panjang torehan sekitar 5 cm dengan jarak antar torehan 1-2 cm atau seukuran dengan garis tengah entres yang akan disisipkan.
Penorehan dilakukan sampai menyentuh kambium. Lalu ujung atas torehan dipotong miring ke bawah sampai menyentuh kambium. Entres yang telah disiapkan dengan panjang sekitar 12 cm pangkalnya disayat miring sehingga berbentuk seperti baji. Kulit batang ditarik ke bawah sekitar 3 cm dan entres disisipkan secara perlahan lalu kulit batang ditutup kembali.
Plastik kerodong entres dibuka setelah tunas pada entres sudah mencapai 2 cm. cara pembukaan plastik kerodong dengan disobek dari ujung tanpa melepas tali ikatannya sehingga plastik akan menggantung di tali hal ini untuk mengantisipasi belum menyatunya entres dengan batang. Pelaksanaan sambung samping yang dilakukan Kelompok Tani Ngudi Subur, Gunung Kidul dapat dilihat pada Gambar 1.
|