PERKEMBANGAN PASAR TEH INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN PASAR INTERNASIONAL |
![]() |
![]() |
![]() |
Info Teknologi | |||
Oleh Administrator | |||
Selasa, 18 Maret 2014 09:24 | |||
Walaupun pengusahaan teh di Indonesia semakin meluas, dari mulai Sumatera Utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi yang menurun (decline). Perkembangan areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak tahun 2002, sehingga pada tahun 2009 hanya tersisa seluas 126 251 Ha dengan konsentrasi terbesar di Jawa Barat, yaitu seluas 97 138 hektar (77%); diikuti Jawa Tengah (8%) dan Sumatera Utara (4%).
Dari bentuk dan sifat pengusahannya, perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berupa Perkebunan Rakyat (46%), sisanya berupa Perkebunan Besar Negara (30%) dan Perkebunan Besar Swasta (24%). Perkebunan teh yang diusahakan dalam bentuk Perkebunan Besar Negara/PTPN misalnya, Perkebunan Teh Gunung Mas, Goalpara dan Malabar di Jawa Barat. Sedangkan yang diusahakan dalam bentuk Perkebunan Besar Swasta misalnya Perkebunan Teh Tambi, Pagilaran dan Kemuning di Jawa Tengah). Produksi teh di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu teh hijau dan teh hitam.
Teh hijau adalah teh yang proses produksinya tidak melalui proses fermentasi, sedangkan teh hitam adalah teh yang dalam proses produksinya melalui proses fermentasi.Agroindustri teh di Indonesia telah dimulai sejak abad ke 18 dan komoditas teh pernah tercatat sebagai penghasil devisa negara yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Akan tetapi, sejalan dengan merosotnya luas areal tanaman, produksi teh Indonesia juga terus mengalami penurunan. Jika pada tahun 2008 masih sebesar 137 499 ton, pada tahun 2009 turun menjadi 136 481 ton dan pada tahun 2010 hanya 129 200 ton.
Sebagai penghasil devisa negara, pada tahun 2008 tercatat nilai ekspor teh olahan sebesar US $ 162,8 juta, tahun 2009 sebesar US $ 174,4 juta, dan tahun 2010 mencapai US $ 184,9 juta atau meningkat 6% dari tahun 2009. Sebagian besar (70%) teh Indonesia diekspor ehingga Indonesia tercatat menjadi urutan keenam eksportir teh dunia setelah Kenya, Sri Lanka, India dan Vietnam. Negara tujuan ekspor teh Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Kondisi dan perkembangan agroindustri teh Indonesia sendiri dalam periode 2007 – 2010, secara umum mengalami peningkatan, baik jumlah perusahaan, produksi dan nilai produksi, kapasitas izin, utilisasi maupun nilai investasi serta tenaga kerja yang diserap. Namun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil sehingga tidak mampu memberikan sumbangan berarti dalam perekonomian nasional
Menurunnya agroindustri teh Indonesia dewasa ini terjadi karena belum dapat diatasinya masalah-masalah yang dihadapi oleh teh Indonesia, seperti: rendahnya produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang belum menggunakan benih unggul, terbatasnya penguasaan teknologi pengolahan produk dan belum mampunya petani mengikuti teknologi anjuran sebagaimana direkomendasikan (Good Agriculture Practice/GAP; Good Manufacture Process/GMP) serta standar kualitas produk sebagaimana disyaratkan oleh ISO.
Upaya untuk meningkatkan kembali peran teh, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, mengharuskan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas. Disamping itu, tidak kalah pentingnya adalah menyediakan iklim usaha yang kondusif agar pelaku usaha teh nasional (baik PR, PTPN maupun PBS) dapat melakukan inovasi teknologi dan diversifikasi produk.
Dengan demikian, para pelaku usaha teh nasional akan mampu menghasilkan produk teh dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar, baik pasar domestik maupun internasional. (Bedy Sudjarmoko/bedy_sm@yahoo.com)
|