TEKNOLOGI BUDIDAYA MENGATASI KEKERINGAN PADA TANAMAN TEH |
![]() |
![]() |
![]() |
Info Teknologi | |||
Oleh Handi Supriadi | |||
Jumat, 20 Januari 2017 15:31 | |||
Pemanasan global yang diikuti dengan terjadinya perubahan iklim, mengakibatkan pola curah hujan mengalami perubahan dan suhu udara mengalami peningkatan, selama 100 tahun terakhir suhu udara di permukaan bumi naik rata-rata 0,74 °C. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya kekeringan yang berkepanjangan (di atas tiga bulan berturut-turut). Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan/kematian, sehingga produksi tanaman teh menurun. Tanaman teh yang berada di dataran rendah akan mengalami kehilangan produksi sebesar 40% (769 kg/ha/tahun), di dataran sedang 32% (531 kg/ha/tahun) dan di dataran tinggi 27% (666 kg/ha/tahun). Selain itu jika suhu udara mencapai 27 – 32 °C stomata daun teh akan menutup sebagian dan foto sisntesis pada tanaman teh akan berbenti jika suhu udara mencapai 34 °C. Penggunaan pohon pelindung sementara Tephrosia sp. pada tanaman teh muda
Pohon pelindung lamtoro dan oak silver pada tanaman teh
Pemangkasan teh sistem Jambul dan rorak diantara tanaman teh muda Untuk mengatasinya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya sebagai berikut : (1) penggunaan bahan tanaman unggul (TRI 2015), (2) pemupukan K dengan dosis 120 –240 kg K2O/ha/tahun (3) pemberian mulsa (5 ton/ha) dan penggunaan pohon penaung (Tephrosia sp., Crotalaria sp., Sesbania sp., dan Mogania sp., silver oak, mindi, nimba, suren, lamtoro, dan Glirisida) (3) Pemangkasan bersih pada ketinggian 45-60 cm dengan meninggalkan 1 sampai dengan 2 cabang di bagian pinggir perdu (sitem jambul), dengan jumlah daun pada jambul berkisar 50-100 daun dan (4) pembuatan rorak, panjang 100 - 200 cm, lebar 30 - 40 cm dan kedalamannya 30-40 cm, jarak antar rorak 400 cm.
|